Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator untuk memantau pergerakan harga
seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. IHSG mulai diperkenalkan
pertama kali pada tanggal 1 April 1983. pengertian IHSG menurut Sadwiji Widoatmojo (1996:189), adalah :
“Ringkasan dari dampak simultan dan kompleks
atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena
ekonomi. Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara
dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market)”.
Menurut Robert Ang (1997:14.6),
pengertian IHSG adalah :
“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat
dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang
bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta
tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain”
Ada dua metode
penghitungan IHSG yang umum yaitu:
1.
Metode Rata-rata (Average
Method)
Metode ini menggunakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk
dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi
tertentu.
Rumus IHSG dengan metode rata-rata adalah:
SPs

Divisor
IHSG = Indek Harga Saham Gabungan
Ps = Harga pasar saham
Divisor = Suatu nilai pembagi
Divisor ini merupakan suatu faktor pembagi, dimana faktor pembagi ini
harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis karena aksi
emiten seperti right issue, stock split dan lain-lain. Ada yang
menggunakan divisor dengan rumus: Divisor
= S
PBase
PBase
= Harga dasar saham
Disini divisor merupakan total dari seluruh harga dasar (base price) saham-saham yang tergabung
dalam indeks yang bersangkutaan. IHSG ditentukan sebesar 100% pada suatu
tanggal tertentu. Tanggal tersebut hari dasar perhitungan indeks. Pada hari
dasar inilah harga dasar disamakan dengan harga pasar, sehingga menghasilkan
IHSG adalah 100%.
2.
Metode Tertimbang (Weighted
average method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks
disamping harga pasar saham dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan
dalam penghitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan.
Ada dua ahli yang mengemukakan metode perhitungan indeks secara tertimbang,
yaitu:
- Metode Paasche
Menurut
Paasche, jumlah saham yang dikeluarkan oleh emiten yang bersangkutan pada saat
perhitungan indeks akan memberikan hitungan yang lebih mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Sebab banyak saham yang dikeluarkan sangat berpengaruh
terhadap likuiditas suatu saham. Suatu saham yang likuid akan memberikan
pengaruh besar terhadap pasar bursa efek secara keseluruhan.
Rumus
Paasche:
S (Ps x Ss)

S (Pbase
x Ss)
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps = Harga pasar saham
Ss = Jumlah saham yang dikeluarkan
Pbase = Harga dasar saham
Dalam
rumus Paasche tersebut diatas, (Ps x Ss) merupakan rumus
dari market capitalization
(kapitalisasi pasar). Jadi disini merupakan jumlah dari kapitalisasi pasar
seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan (Pbase
x Ss) merupakan rumus dari base
value (nilai dasar). Jadi disini berarti jumlah seluruh base value dari saham-saham yang
tergabung dalam indeks yang bersangkutan.
Jadi
rumus Paasche ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan
nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Dalam hal ini
makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat
besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.
- Metode Laspeyers
Perbedaan
rumus Paasche dengan rumus Laspeyeres terletak pada jumlah sahamnya. Laypeyeres
menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah
selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan, Paasche menggunakan jumlah
saham yang berubah/bertambah jika ada pengeluaran saham baru.
Rumus
Laspeyeres :
S (Ps x So)

S (Pbase
x So)
IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps = Harga pasar saham
So = Jumlah saham yang dikeluarkan pada
hari dasar
Pbase = Harga dasar saham
Pendekatan
lain yang digunakan dengan menggabungkan kedua metode tersebut adalah:
a.
Pendekatan Drobish
Menurut drobish, rata-rata dari kedua metode tersebut merupakan
pendekatan yang terbaik.
Rumus Drobish:
IHSG Paasche + IHSG laypeyeres
IHSG =
2
b.
Pendekatan Irving Fisher
Sedangkan
menurut Irving Fisher, akar kuadrat dari perkalian kedua metode tersebut
merupakan pendekatan terbaik.
Rumus Irving Fisher:

IHSG Bursa Efek Jakarta (IHSG
BEJ) merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEJ dan yang sehari-hari dibicarakan.
IHSG BEJ ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982, dan mengikut
sertakan semua saham yang tercatat di BEJ.
IHSG BEJ
diperkenalkan pertama kali pada 1 April 1983, yang digunakan sebagai indikator
memantau pergerakan harga saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun
saham preferen di BEJ. Rumus yang digunakan adalah menggunakan metode rata-rata
tertimbang (rumus Paasche).
Pengaruh Nilai Kurs Rupiah Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
Salah satu
faktor yang mempengaruhi harga saham adalah perubahan nilai tukar rupiah dalam
negeri. Perubahan nilai tukar dalam negeri yang relatif tajam akan mempengaruhi
kepercayaan investor untuk menanamkan dananya di dalam negeri dalam bentuk
pembelian saham-saham di pasar modal. Akibatnya kinerja pasar modal mengalami
penurunan yaitu ditandai dengan melemahnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG).
Menurut I Putu
Gede Ary Suta (2000:15), pengaruh kurs rupiah terhadap perdagangan saham di
pasar modal adalah sebagai berikut:
“Kurs mata uang suatu negara
sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal negara tersebut. Fluktuasi kurs
rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi di
dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap
dollar AS misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan perusahaan
produk Indonesia di luar negeri terutama dalam persaingan harga. Apabila ini
terjadi, secara langsung akan berpengaruh terhadap Balance Of Trade, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan nilai
impor, seterusnya akan berpengaruh kepada Balance
of Payment Indonesia. Memburuknya Balance
of Payment terutama akan berpengaruh terhadap Net internasional reserve. Berkurangnya Net internasional reserve dapat mengurangi kepercayaan investor
terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif
terhadap pendapatan saham di pasar modal Indonesia terutama Bursa Efek Jakarta
dan bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga
terjadi capital of flow”.
Sejalan dengan pendapat diatas, Syahrir (1995:15),
mengungkapkan bahwa:
“Sebaliknya apabila terjadi penurunan kurs rupiah
secara berlebihan, akan berdampak kepada perusahaan Go Public yang menguntungkan faktor produksi terhadap bahan-bahan
impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan akan mempertinggi biaya produksi
serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya, harga saham perusahaan tersebut
akan anjlok dan IHSG akan mengalami penurunan. Jadi, sulit diharapkan
berkembangnya pasar modal yang dinamis bila kurs rupiah mengalami depresasi
atau devaluasi yang berkali-kali”.