Senin, 10 Juni 2013

Indeks Harga Saham Gabungan


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator untuk memantau pergerakan harga seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. IHSG mulai diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983. pengertian   IHSG menurut Sadwiji Widoatmojo (1996:189), adalah :
“Ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market)”.

Menurut Robert Ang (1997:14.6), pengertian IHSG adalah :
“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain”

Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum yaitu:
1.      Metode Rata-rata (Average Method)
Metode ini menggunakan metode dimana harga pasar saham-saham yang masuk dalam indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu.
Rumus IHSG dengan metode rata-rata adalah:
   SPs
IHSG =

Divisor


IHSG         = Indek Harga Saham Gabungan

Ps               = Harga pasar saham
Divisor       = Suatu nilai pembagi
Divisor ini merupakan suatu faktor pembagi, dimana faktor pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis karena aksi emiten seperti right issue, stock split dan lain-lain. Ada yang menggunakan divisor dengan rumus:       Divisor = S PBase
PBase     = Harga dasar saham
Disini divisor merupakan total dari seluruh harga dasar (base price) saham-saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutaan. IHSG ditentukan sebesar 100% pada suatu tanggal tertentu. Tanggal tersebut hari dasar perhitungan indeks. Pada hari dasar inilah harga dasar disamakan dengan harga pasar, sehingga menghasilkan IHSG adalah 100%.

2.      Metode Tertimbang (Weighted average method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam penghitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua ahli yang mengemukakan metode perhitungan indeks secara tertimbang, yaitu:
  1. Metode Paasche
Menurut Paasche, jumlah saham yang dikeluarkan oleh emiten yang bersangkutan pada saat perhitungan indeks akan memberikan hitungan yang lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Sebab banyak saham yang dikeluarkan sangat berpengaruh terhadap likuiditas suatu saham. Suatu saham yang likuid akan memberikan pengaruh besar terhadap pasar bursa efek secara keseluruhan.
Rumus Paasche:
      S (Ps x Ss)
IHSG =
     S (Pbase x Ss)


IHSG  = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps         = Harga pasar saham
Ss         = Jumlah saham yang dikeluarkan
Pbase      = Harga dasar saham
Dalam rumus Paasche tersebut diatas, (Ps x Ss) merupakan rumus dari market capitalization (kapitalisasi pasar). Jadi disini merupakan jumlah dari kapitalisasi pasar seluruh saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan (Pbase x Ss) merupakan rumus dari base value (nilai dasar). Jadi disini berarti jumlah seluruh base value dari saham-saham yang tergabung dalam indeks yang bersangkutan.
Jadi rumus Paasche ini memperbandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Dalam hal ini makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan.

  1. Metode Laspeyers
Perbedaan rumus Paasche dengan rumus Laspeyeres terletak pada jumlah sahamnya. Laypeyeres menggunakan jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar dan tidak berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan, Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah/bertambah jika ada pengeluaran saham baru.
Rumus Laspeyeres :
       S (Ps x So)
IHSG =
     S (Pbase x So)

IHSG  = Indeks Harga Saham Gabungan
Ps         = Harga pasar saham
So         = Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar
Pbase      = Harga dasar saham
Pendekatan lain yang digunakan dengan menggabungkan kedua metode tersebut adalah:


a.       Pendekatan Drobish
Menurut drobish, rata-rata dari kedua metode tersebut merupakan pendekatan yang terbaik.
Rumus Drobish:
              IHSG Paasche + IHSG laypeyeres

 IHSG   =

          2

b.      Pendekatan Irving Fisher
Sedangkan menurut Irving Fisher, akar kuadrat dari perkalian kedua metode tersebut merupakan pendekatan terbaik.

Rumus Irving Fisher:

IHSG =   Ö IHSG Paasche x IHSG Laspeyeres

IHSG Bursa Efek Jakarta (IHSG BEJ) merupakan IHSG yang dikeluarkan oleh BEJ dan yang sehari-hari dibicarakan. IHSG BEJ ini mengambil hari dasar pada tanggal 10 Agustus 1982, dan mengikut sertakan semua saham yang tercatat di BEJ.

IHSG BEJ diperkenalkan pertama kali pada 1 April 1983, yang digunakan sebagai indikator memantau pergerakan harga saham. Indeks ini mencakup semua saham biasa maupun saham preferen di BEJ. Rumus yang digunakan adalah menggunakan metode rata-rata tertimbang (rumus Paasche).


Pengaruh Nilai Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan
Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah perubahan nilai tukar rupiah dalam negeri. Perubahan nilai tukar dalam negeri yang relatif tajam akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk menanamkan dananya di dalam negeri dalam bentuk pembelian saham-saham di pasar modal. Akibatnya kinerja pasar modal mengalami penurunan yaitu ditandai dengan melemahnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Menurut I Putu Gede Ary Suta (2000:15), pengaruh kurs rupiah terhadap perdagangan saham di pasar modal adalah sebagai berikut:
Kurs mata uang suatu negara sangat mempengaruhi perkembangan pasar modal negara tersebut. Fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar AS misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan perusahaan produk Indonesia di luar negeri terutama dalam persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara langsung akan berpengaruh terhadap Balance Of Trade, karena menurunnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, seterusnya akan berpengaruh kepada Balance of Payment Indonesia. Memburuknya Balance of Payment terutama akan berpengaruh terhadap Net internasional reserve. Berkurangnya Net internasional reserve dapat mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap pendapatan saham di pasar modal Indonesia terutama Bursa Efek Jakarta dan bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital of flow.

Sejalan dengan pendapat diatas, Syahrir (1995:15), mengungkapkan bahwa:
“Sebaliknya apabila terjadi penurunan kurs rupiah secara berlebihan, akan berdampak kepada perusahaan Go Public yang menguntungkan faktor produksi terhadap bahan-bahan impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan akan mempertinggi biaya produksi serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya, harga saham perusahaan tersebut akan anjlok dan IHSG akan mengalami penurunan. Jadi, sulit diharapkan berkembangnya pasar modal yang dinamis bila kurs rupiah mengalami depresasi atau devaluasi yang berkali-kali”.

INCOME (BONUS) 3I – NETWORK

Ajaklah keluarga, kerabat, teman dan kenalan untuk menabung di CAR dan dapatkan PASSIVE INCOME setiap bulan yang akan di transfer langsu...